BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Manusia
adalah makhluk yang dilahirkan paling sempurna. Manusia memiliki kemampuan
kognitif untuk memproses informasi yang diperoleh dari lingkungan di sekelilingnya
melalui indera yang dimilikinya, membuat persepsi terhadap apa-apa yang dilihat
atau dirabanya, serta berfikir untuk memutuskan aksi apa yang hendak dilakukan
untuk mengatasi keadaan yang dihadapinya. Hal-hal yang dapat mempengaruhi
kemampuan kognitif pada manusia meliputi tingkat intelejensi,kondisi fisik,
serta kecepatan sistem pemrosesan informasi pada manusia. Bila kecepatan sistem
pemrosesan informasi terganggu, maka akan berpengaruh pada reaksi manusia dalam
mengatasi berbagai kondisi yang dihadapi.
Keterbatasan
kognitif terjadi apabila terdapat masalah atau gangguan pada kemampuan
kognitif. Masalah yang dialami bisa terjadi sejak lahir, atau terjadi perubahan
pada tubuh manusia seperti terluka, terserang penyakit, mengalami kecelakaan yang
dapat menyebabkan kerusakan salah satu indera, fisik atau juga mental. Akibat
dari adanya keterbatasan kognitif ini, manusia menjadi tidak mampu untuk
memproses informasi dengan sempurna. Dengan ketidaksempurnaan ini maka manusia
yang memiliki keterbatasan kognitif mengalami masalah dalam meraba, mempelajari
atau berfikir untuk bereaksi terhadap keadaan yang dihadapinya.
Persepsi dalam arti sempit melibatkan pengalaman
kita tapi secara psikis pengertian itu tidaklah tepat. Tetapi lebih tepatnya
persepsi merupakan proses yang menggabungkan dan mengorganisir data-data indera
kita ( penginderaan) untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat
menyadari di sekeliling kita, termasuk sadar dengan diri kita sendiri. Dan
didalam mempersepsi keadaan sekitar maka kita harus melibatkan indra kita maka
akan lahir sebuah argumen yang berasal dari informasi yang dikumpulkan dan
diterima oleh alat reseptor sensorik kita sehingga kita dapat menggabungkan
atau mengelompokkan data yang telah kita terima sebelumnya melalui pengalaman
awal kita.
B.
TUJUAN
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk
menambah pengetahuan tentang persepsi, faktor-faktor yang mempengaruhinya , dan
diharapkan dapat bermanfaat bagi kita semua. Mempelajari tentang persepsi lebih mendalam sehingga dapat
dimanfaatkan dalam proses pembelajaran disekolah nantinya.
C. RUMUSAN MASALAH
1.
Apakah pengertian persepsi?
2.
Bagaimana proses terjadinya persepsi?
3.
Bagaimana tahap terbentuknya persepsi?
4.
Bagaimana perkembangan perseptual?
5.
Apa saja sifat-sifat persepsi?
6.
Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
DEFINISI SENSASI
Sensasi pada dasarnya merupakan tahap awal dalam
penerimaan informasi. Sensasi, atau dalam bahasa inggrisnya sensation, berasal
dari kata latin, sensatus, yang artinya dianugerahi dengan indra, atau intelek.
Secara lebih luas, sensasi dapat diartikan sebagai aspek kesadaran yang paling
sederhana yang dihasilkan oleh indra kita, seperti temperatur tinggi, warna
hijau, rasa nikmatnya sebatang coklat. Sebuah sensasi dipandang sebagai
kandungan atau objek kesadaran puncak yang privat dan spontan.
Sensasi tanpa persepsi atau sensasi murni jarang terjadi seperti ketika kita
mendengar suara aneh, betapapun asingnya, secara tidak sadar kita akan segera
menghubungkannya dengan sesuatu yang telah kita kenal. Adapun sensasi murni
mungkin akan tejadi dalam peristiwa dimana rangsang warna ditunjukan untuk
pertama kali kepada seseorang yang sejak lahirnya buta dan tiba tiba dapat
melihat.
Benyamin B. Wolman (1973, dalam Rakmat, 1994)
menyebut sensasi sebagai ”pengalaman elementer yang segera, yang tidak
memerlukan penguraian verbal, simbolis, atau konseptual, dan terutama sekali
berhubungan dengan kegiatan alat indra”. Apa pun definisi sensasi, fungsi alat
indera dalam menerima informasi dari lingkungan sangat penting. Melalui alat
indera, manusia dapat memahami kualitas fisik lingkungannya. Lebih dari itu
dengan alat inderalah, manusia memperoleh pengetahuan dan semua kemampuan untuk
berinteraksi dengan dunianya. Tanpa alat indera, manusia sama, bahkan mungkin
rendah lebih dari rumput-rumputan, karena rumput dapat juga mengindra cahaya
dan humiditas.
Sensasi sering dibedakan dari persepsi, yang
melibatkan penilaian, inferensi, interpretasi, bias, atau prakonseptualisasi,
sehingga bisa salah. Sensasi dipandang sebagai pasti, ditentukan secara
mendasar, fakta kasar. Menurut beberapa pendapat, sensasi lebih berkonotasi
pada sebuah hubungan dengan perasaan (tetapi bukan emosi), sedangkan persepsi
lebih berhubungan dengan kognisi. Sensasi sering digunakan secara sinonim
dengan kesan inderawi, sense datum, sensum, dan sensibilium. Misalnya meja yang
terasa kasar, yang berarti sebuah sensasi dari rabaan terhadap meja. Sebaliknya
persepsi memiliki contoh meja yang tidak enak dipakai menulis, saat otak
mendapat stimulus rabaan meja yang kasar, penglihatan atas meja yang banyak
coretan, dan kenangan di masa lalu saat memakai meja yang mirip lalu tulisan
menjadi jelek.
Proses sensasi :
pengindraan
Syarat-syarat Terjadinya Sensasi
a. Adanya objek yang diamati atau kekuatan stimulus.Objek menimbulkan
stimulus
yang mengenai indera
(reseptor) sehingga terjadi sensasi.. Untuk bisa diterima oleh
indera diperlukan
kekuatan stimulus yang disebut sebagai ambang mutlak (absolute
threshold).
b. Kepastian alat indera (reseptor) yang cukup baik serta syaraf (sensoris)
yang baik
sebagai penerus kepada
pusat otak (kesadaran) untuk menghasilkan respon
c. Pengalaman dan lingkungan budaya. Pengalaman dan budaya
mempengaruhi
kapasitas alat indera
yang mempengaruhi sensasi
B.
DEFINISI
PERSEPSI
Secara etimologis presepsi berasal
dari bahasa latin preceptio;dari preceptio, yang artinya menerima atau
mengambil. Adapun proses dari persepsi itu sendiri adalah yang menafsirkan
stimulus yang telah ada didalam otak.
Kata “presepsi” biasanya dikaitkan dengan
kata lain, seperti: presepsi diri, presepsi sosial (Calhoun &Acocela, 1990;
Sarwono, 1997; Gerungan, 1987), dan presepsiinterpersonal (Rahmat, 1994). Dalam
kepustakaan berbahasa inggris istilah yang banyak digunakan ialah “social perception”. Pada dasarnya ,
objek berupa pribadi memberi stimulus yang sama pula.
Definisi Persepsi menurut beberapa pakar :
1.
Leavit,
1978 mengatakan presepsi adalah bagaimana sesorang memandang atau mengartikan
sesuatu.
2.
Devito
(1997:75), presepsi adalah proses ketika kita menjadi sadar akan banyaknya
stimulus yang mempengaruhi indera.
3.
Yusuf
(1991: 108) menyebut presepsi sebagai “pemaknaan hasil pengamatan”
4.
Gulo
(1982: 207) presepsi ialah proses seseorang menjadi sadar akan segala sesuatu
dalam lingkungannya melalui indera.
5.
Rakhmat
(1994: 51), presepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau
hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan
pesan.
6.
Atkinson,
presepsi adalah proses saat kita mengorganisasikan dan menafsirkan pola
stimulus dengan lingkungan.
7.
Verbeek
(1978), presepsi dapay dirumuskan sebagai suatu fungsi yang manusia secara
langsung dapat mengenal dunia riil yang fisik.
8.
Brouwer
(1983: 21), presepsi ialah suatu reflika dari benda di luar manusia yang
intrapsikis, dibentuk berdasar
rangsangan-rangsangan dari objek.
9.
Pareek
(1996: 13), presepsi dapat didefinisikan sebagai proses menerima, menyeleksi,
mengorganisasikan, mengartikan, menguji, dan memberikan reaksi pada rangsangan
panca indera atau data.
Presepsi bisa dikatakan sebagai inti
komukasi, sedangkan penafsiran (interpretasi) adalah inti presepsi , yang
identic dengan penyandian-balik dalam proses komunikasi. John R. Wenburg dan
William W. Wilmot,menyebutkan “presepsi
dapat didefinisikan sebagai cara
organisme memberi makna” Rudolph F.
Verderber, “presepsi adalah proses menafsirkan informasi indrawi” (dalam mulyana, 2000: 167).
Organisasi
dalam persepsi
1. Wujud dan latar
Objek – objek yang kita amati disekitar kita selalu
muncul sebagai wujud (figure)sedangkan dengan hal-hal lainnya sebagai
latar (ground).
Contoh :
Kalau melihat sebuah meja dalam kamar, maka meja
itu akan tampil sebagai wujud dan benda lainnya dikamar itu menjadi latar atau
ketika kita mendengar musik maka suara si penyanyinya adalah sebagai wujud dan
iringan musik sebagai latar.
2.
Pola
pengelompokan
Hal-hal tertentu cenderung kita kelompokan dalam
persepsi kita.
Seperti :
a. Pengelompokan mengikuti prinsip kedekatan
Garis-garis
diatas ini akan kita lihat sebagai tiga kelompok yang masing-masing terdiri
dari dua garis, sedangkan satu garis yang tertinggal disebelah kanan merupakan
garis sisa yang berdiri sendiri. (kelompok yang mengikuti prinsip kedekatan.
b.
Pengelompokan
mengikuti prinsip kesempurnaan.
Disini kita akan melihat tiga buah segi empat dengan satu garis
sisa yang berdiri sendiri disebelah kiri. Kita cenderung melihat segi empat
yang terputus-putus sebagai segi empat yang utuh. ( pengelompokan yang mengikuti
prinsip kesempurnaan).
c.
Pengelompokan
mengikuti pesamaan
Lihat
tiga garis lingkaran kecil dan tiga baris titik – titik yang mendatar, kita
tidak akan melihatnya sebagai garis –garis tegak yang terdiri dari lingkaran
dan titik berganti ganti
Yang mengakibatkan Perbedaan persepsi
1. Perhatian
Biasanya
kita tidak menangkap seluruh rangsangan yang ada di sekitar kita sekaligus,
tetapi kita mengfokuskan perhatian kita pada satu atau dua objek saja.
2. Set
Harapan
seseorang tentang rangsangan yang akan timbul.
3.
Kebutuhan
Kebutuhan
– kebutuhab sesaat maupun yang menetap pada diri seseorang, mempengaruhi
persepsi orang tersebut. dengan demikian kebutuhan-kebutuhan yang berbeda
menyebabkan pula perbedaan persepsi.
4.
System
nilai
System
nilai yang berlaku dalam suatu masyarakat berpengaruh pula terhadap persepsi,
5.
Ciri
kepribadian
Seperti
A dan B bekerja di suatu kantor yang sama di bawah pengawasan satu orang
atasan. A orang yang pemalu dan penakut, mempresepsikan bahwa pemimpinnya itu
menakutkan dan perlu di jauhi, sedangkan B mempunyai lebih percaya diri, yang
menganggap atasannya sebagai tokoh yang dapat diajak bergaul seperti orang
biasa lainnya.
6.
Gangguan
kejawaan
Gangguan
kejiwaan dapat menimbulkan kesalahan persepsi yang disebut halusinasi.
Proses persepsi
Menurut Alport (dalam
Mar’at, 1991) proses persepsi merupakan suatu proses kognitif yang dipengaruhi
oleh pengalaman, cakrawala, dan pengetahuan individu. Pengalaman dan proses
belajar akan memberikan bentuk dan struktur bagi objek yang ditangkap panca
indera, sedangkan pengetahuan dan cakrawala akan memberikan arti terhadap objek
yang ditangkap individu, dan akhirnya komponen individu akan berperan dalam
menentukan tersedianya jawaban yang berupa sikap dan tingkah laku individu
terhadap objek yang ada. Persepsi
merupakan bagian dari keseluruhan proses yang menghasilkan tanggapan setelah
rangsangan diterapkan kepada manusia. Persepsi dan kognisi diperlukan dalam
semua kegiatan psikiologis.
penafsiran
perasaan
Presepsi,
pengenalan,penalaran,dan perasaan kadang-kadang disebut variable psikologis
yang muncul di antara rangsangan dan tanggapan.
Dari segi psikologi dikatakan bahwa
tingkah laku seseorang merupakan fungsi dari cara dia memandang jadi untuk
menrubah tingkah laku seseorang, harus dimulai dari mengubah persepsinya.
Menurut Newcomb (dalam Arindita, 2003), ada
beberapa sifat yang menyertai proses persepsi, yaitu:
1.
Seleksi adalah proses penyaringan oleh alat indera terhadap rangsangan dari
luar, intensitas, dan jenisnya.
2.
Interpretasi, yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai
arti bagi seseorang juga dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti pengalaman
masa lalu, sistem nilai yang di anut, motivasi, kepribadian, dan kecerdasan.
3.
Interpretasi dan persepsi diterjemahkan dalam bentuk tingkah laku sebagai
reaksi (Depdikbud, 1985, dalam Soelaeman, 1987)
Menurut Parcek (Walgito, 1995: 20) proses tersebut terdiri dari
proses menerima, menyeleksi, mengorganisasi, mengartikan, menyajikan dan
memberikan reaksi kepada rangsang panca indra.
1.
Proses menerima rangsangan
Proses pertama dalam persepsi adalah
menerima rangsang atau data dari berbagai sumber. Kebanyakan data diterima
melalui panca indra, sehingga proses ini sering disebut dengan pengindraan, proses
ini sering disebut sensasi. Menurut Desiderado (Walgito, 1995: 20) merupakan
pengalaman elementer yang segera, yang tidak memerlukan penguraian secara
verbal, simbolis, atau konseptual, dan terutama selalu berhubungan dengan panca
indra. Disebut juga sebagai data dari berbagai sumber. Yakni seperti kebanyakan
data menerima melalui pancaindra (melihat, mendengar, mencium, merasakan, atau
menyentuhnya.
Schereer (Walgito, 1995: 21) mengemukakan bahwa
rangsangan itu terdiri dari tiga macam sesuai dengan elemen dari proses
penginderaan. Pertama rangsang merupakan obyek, ialah obyek dalam bentuk
fisiknya atau rangsang distal. Kedua, rangsang sebagai keseluruhan yang
terbesar dalam lapangan progsimal, ini belum menyangkut proses sistem syaraf.
Ketiga, rangsang sebagai representasi fenomena atau gejala yang dikesankan dari
obyek-obyek yang ada diluar.
2.
Proses Menyeleksi Rangsang
Michell (Walgito, 1995: 18) menyatakan persepsi
adalah suatu proses yang didalamnya mengandung proses seleksi ataupun sebuah mekanisme.
Setelah menerima rangsang atau data diseleksi. Anderson (Walgito, 1995: 22)
mengemukakan bahwa perhatian adalah proses mental, ketika rangsang atau
rangkaian rangsang menjadi menonjol dalam keadaan pada saat yang lainnya
melemah.
Di
dalam proses menyeleksi rangsangan Ini
ada 3 pendapat pada pengaruh persepsi :
1. Dibedakan dalam dua factor yakni factor intern dan
eksteren yakni :
A.
Faktor
intern
Factor
yang berkaitan dengan diri sendiri, yakni :
a.
Kebutuhan
psikoloi
Kadang-kadang ada hal yang “kelihatan”
(yang sebenarnya tidak ada). Karena kebutuhan psikologi.
Contoh: orang yang haus akan melihat banyak air biasanya terjadi di
tempat yang panas seperti padang pasir.
b.
Latar
belakang
Latar belakang seseorang akan
mempengaruhi factor intrern ini karena seseorang akan lebih mendekati orang
lain yang memiliki latar belakang yang sama.
c.
Pengalaman
Serupa dengan latar belakang yakni
factor pengalaman seperti seseorang yang mempunyai pengalaman buruk dalam
bekerja dengan jenis orang tertentu.
d.
Kepribadian
Seseorang yang introvert mungkin
akan tertarik kepada orang-orang yang serupa atau sama sekali berbeda.
e.
Sikap
dan kepercayaan umum
Orang-orang yang mempunyai sikap
tertentu terhadap karyawan wanita atau karyawan yang termasuk kelompok bahasa
tertentu besar kemungkinan akan melihat berbagai hal kecil yang tidak
diperhatikan orang lain.
f.
Penerimaan
diri
Mereka yang ikhlas menerima
kenyataan diri akan lebih tepat menyerap sesuatu daripada mereka yang kurang
ikhlas menerima realitas dirinya.
g.
Factor
ekstern
Persepsi ini dapat dilakukan atas persepsi visual terhadap
barang-barang ataupun terhadap orang dan keadaan, seperti :
-
Intensitas
Rangsangan
yang lebih intensif mendapatkan lebih banyak tanggapan daripada yang kurang
intens.Misalnya, lampu yang lebih terang lebih diperhatikan orang ketimbang
lampu yang redup pada malam hari.
-
Ukuran
Benda yang lebih besar lebih menarik perhatian dan lebih cepat
dilihat.
-
Kontras
Hal-hal lain dari yang biasa kita lihat akan cepat menarik
perhatian.
Misalnya, di kelas ada satu murid tidak mengenakan pakaian seragam
maka itu akan menarik perhatian.
-
Gerakan
Hal-hal yang bergerak lebih menarik perhatian daripada hal-hal yang
diam.
-
Ulangan
Hal-hal yang berulang misalnya, sebuah iklan yang selalu berulang
sehingga orang ingat dengan produk itu namun ulangan yang terlalu sering akan
menghasilkan kejenuhan semantic dan dapat kehilangan arti perseptif.
-
Keakraban
Hal ini terutama, jika hal tertentu tidak diharapkan dalam rangka
tertentu.
Misalnya, di kelas yang baru
kita akan lebih tertarik kepada orang yang sudah kita kenal dari pada sama
orang yang tidak kita kenal.
-
Sesuatu
yang baru
Hal ini bertentangan dengan factor keakraban. Jika orang sudah
biasa dengan kerangka yang sudah dikenal , maka sesuatu yang baru menarik
perhatian.
Misalnya, pakaian kita yang sudah dikenal apabila tertukar pasti
akan mengenal atau mengetahui bahwa pakaian itu bukan pakaiannya.
2.
Menurut
Devito (1997)
Ada 6 proses yang mempengaruhi persepsi
a.
Teori
kepribadian implisit
Teori ini mengacu pada teori kepribadian individual. Setiap orang
mempunyai konsepsi tersendiri tentang suatu sifat berkaitan dengan sifat
lainnya. Konsepsi ini merupakan teori yang dipergunakan orang ketika membentuk
kesan tentang orang lain.
b.
Ramalan
yang dipenuhi sendiri (self-fulfilling prophecy)
Ramalan yang dipenuhi sendiri terjadi bila kita membuat ramalan
atau merumuskan keyakinan yang menjadi kenyataan karena anda membuat ramalan
itu dan bertindak seakan–akan ramalan itu benar.
Ada 4 langkah dalam proses ini, yakni :
1.
Kita
membuat prediksi atau merumuskan keyakinan tentang seseorang atau situasi.
Misalnya, anda adalah orang yang canggung dalam situasi antar pribadi.
2.
Kita
bersikap kepada orang atau situasi. Misalnya, di depan anda kita bersikap
seakan-akan anda memang orang yang canggung.
3.
Keyakinan
kita itu menjadi kenyataan
Misalnya,
karena cara kita bersikap di depan anda , anda menjadi tegang dan salah tingkah
serta menunjukan kecanggungan.
c.
Aksentuasi
Perseptual
Ini membuat kita melihat apa yang kita harapkan dan apa yang ingin
kita lihat.
Misalnya, kepada orang yang kita sukai menganggap bahwa dia itu
tampan dan pandai daripada orang yang tidak kita suka, kontra argument ini
adalah bahwa sebenarnya kita lebih menyukainya kepada tampan dan pandainya
saja bukan karena orang yang kita suka
itu tampan dan pandai.
d.
Primasi-Resensi
Ini mengacu pada pengaruh relative
stimulus sebagai akibat urutan kemunculannya.
-
Efek
primasi = jika yang muncul pertama lebih besar pengaruhnya.
-
Efek
resensi = jika yang muncul kemudian
mempunyai pengaruh yang lebih besar.
Imlikasi praktis dari efek primasi-resensi adalah kesan yang
pertama tampaknya palingpenting. Dan orang lain akan menyaring tambahan
informasi untuk merumuskan gambaran tentang seseorang yang mereka persepsikan.
e.
Konsistensi
Konsistensi mengacu pada kecenderungan untuk merasakan apa yang
memungkinkan kita mencapai keseimbangan atau kenyamanan psikologis diantara
berbagai sikap dan hubungan antar mereka.
Misalnya,
saya berharap orang yang saya sukai menyukai saya dan saya berharap orang yang
tidak saya sukaiuntuk tidak menyukai saya.
f.
Stereotyping
Stereotyping adalah prasangka tentang segolongan orang yang
memenuhi persepsi dan penafsiran data yang telah diterima.
Misalnya,
para menejer mempunyai persepsi bahwa manajer lebih jujur daripada pekerja,
sebaliknya seorang pekerja menganggap mereka lebih jujur daripada manajer.
3.
Pendapat
lain
Menurut pendapat ini terdapat 4:
a.
Fakror
fungsional
Factor ini dihasilkan dari
kbutuhan,kegembiraaan,pelayan dan pengalaman masa lalu sorang indiviudi, pada
dasarnya persepsi yidak ditentukan dengan jenis / stimuli, tetapi bergantunh
karskterlistrik. Misalnya,0rang yang lapar akan lebih tetari pada makanan,
sedangkan orang yang harus akan lebih tertarik pada minuman.
b.
Factor
structural
Factor ini dihasilkan dari bentuk
stimuli dan efek-efek netral yang ditimbulkan dari system saraf individu.
Persepsi dari krech dan crutchfield.:
1.
Bila
meresepsi sesuatu kita meresepsinya sebagai keseluruhan dan tidak melihat
bagian-bagiannya.
2.
Meskipun
stimuli yang diterima tidak lengkap, kita akan menginter prestasikannya secara
consisten dengan rangkaian stimuli yang kita persepsi.
3.
Sifat-sifat
perseptual dan kognitif dari substruktur pada umumnya ditentukan oleh
sifat-sifat struktur secara keseluruhan.
4.
Bahwa
objek atau peristiwa yang berdekatan dalam ruang dan waktu atau menyerupai satu
sama lain, cenderung ditanggapi sebagian dari struktur yang sama.
c.
Factor-faktor
situasional
Factor ini banyak berkaitan dengan bahasa nonverbal.
d.
Factor
personal
Factor personal yang terdiri atas pengalaman, motivasi,kepribadian
(Rakhmat,1994).Pengalaman akan membantu seseorang dalam meningkatkan kemampuan
persepsi < Leathers (1976:26-32) >.
Ini termasuk dengan kepribadian yany artinya ragam pola tingkah
laku dan pikiran yang memiliki pola tetap yang dapat dibedakan dari orang lain
yang merupakan karakteristik seorang individu.
3.
Proses Pengorganisasian
Data atau rangsang yang diterima selanjutnya
diorganisasikan dalam suatu bentuk. Pengorganisasian sebagai proses seleksi
atau screening
berarti beberapa informasi akan diproses dan yang lain tidak.
Sebagaimana mekanisme pengorganisasian, berarti bahwa informasi-informasi yang
diproses akan digolong-golongkan dan dikategorikan dengan beberapa cara. Hal
ini akan memberikan arah untuk mengartikan sesuatu stimulus. Kategorisasi
tersebut mungkin terjadi secara terperinci, yang terpenting adalah
mengkategorikan informasi yang kompleks ke dalam bentuk yang sederhana.
Dalam perorganisasian rangsangan terdapat 3
dimensi utama, yakni:
1.
Pengelompokan
Berbagai rangsangan yang telah diterima dikelompokkan dalam satu
bentuk. Adapun faktor yang digunakan untuk mengelompokkan rangsangan yakni :
a.
Kesamaan,
rangsangan-rangsangan yang mirip dijadikan satu kelompok.
b.
Kedekatan,
hal-hal yang lebih dekat antara satu dan yang lain juga dikelompokkan menjadi
satu.
c.
Ada
suatu kecenderungan untuk melengkapi hal-hal yang dianggap belum lengkap.
2.
Bentuk
timbul dan latar
Prinsip lain dalam mengatur rangsangan disebut bentuk timbul dan
latar.
Dalam melihat rangsangan atau gejala, ada kecenderungan untuk
memusatkan perhatian pada gejala-gejala tertentu yang timbul menonjol,
sedangkan rangsangan atau gejala lainnya berada dilatar belakang.
3.
Kemantapan
persepsi
Ada suatu kecenderungan untuk menstabilkan persepsi dan
perubahan-perubahan kontekstidak memengaruhinya.
4.
Prosese
penafsiran
Setelah rangsangan atau data diterima dan di atur, lalu sipenerima
menafsirkan data tersebut maka dikatakanlah persepsi.
5.
Proses
Pengambilan Keputusan dan Pengecekan
Tahap-tahap dalam pengambilan keputusan menurut Burner (Walgito,
1995: 22) adalah sebagai berikut : pertama kategori primitif, dimana obyek atau
peristiwa yang diamati, diseleksi dan ditandai berdasarkan ciri-ciri tersebut.
Kedua, mencari tanda (cue search), pengamatan secara cepat memeriksa (scanning)
lingkungan untuk mencari tambahan informasi untuk mengadakan kategorisasi yang
tepat. Ketiga, konfirmasi, ini terjadi setelah obyek mendapat penggolongan
sementara. Pada tahap ini pengamatan tidak lagi terbuka untuk sembarang
memasukan melainkan hanya menerima informasi yang memperkuat atau
mengkonfirmasiakan keputusannya, masukan-masukan yang tidak relevan dihindari.
6.
proses
reaksi
Tahap terakhir dari proses persepsi
ialah bertindak sehubungan dengan apa yang telah di cerap. Seperti suatu
tindakan, tindakanpun ada dua yakni tindakan yang tersembunyi dan tindakan yang
terbuka.
C. PERKEMBANGAN PERSEPTUAL
Ketetapan perseptualadalah kecendrungan kita untuk mempertahankan persepsi yangtelah dimiliki
terhadap suatu objek dengan mengabaikan perubahan warna (color),keterangan
(brightness), ukuran (size), dan bentuk (shape).
Strategi untuk mengembangkan Integrasi Sistem
Perseptual
Banyak
anak yang kesulitan belajar karena tidak dapat melakukan transfer informasi
dari suatu sistem perseptual ke sistem perseptual yang lain. Transfer
informasi yang mencakup integrasi dan aktivitas :
1.
Visual
ke Auditoris, meminta anak melihat suatu pola titik-titik dan
garis-garis; kemudian menyuruh anak meniru pola tersebut dalam bentuk ritmis
pada drum.
2.
Auditoris
ke Visual, meminta anak mendengarkan irama ritmis dan memilih salah
satu pola visual titik dan garis yang sesuai dari beberapa pilihan.
3.
Auditois
ke Motorvisual, mendengar irama ritmis dan mengalihkan pada visual dengan
menulis pasangan titik dan garis.
4.
Auditoris
– verbal ke motor, memerintah anak untuk melakukan gerakan-gerakan
tertentu
5.
Taktil
–Visualmotor, meraba bentuk dan menggambarkan bentuk
6.
Auditoris
ke Visual, mendengar bunyi benda dan menunjukkan gambarnya
D. SIFAT-SIFAT PERSEPSI
Dua
fungsi utama sistem utama persepsi yaitu lokalisasi atau menentukan letak suatu
objek dan pengenalan, menentukan jenis objek tersebut (Atkinson et al., t.t.).
lokalisasi dan pengenalan dilakukan oleh daerah korteks yang berbeda.
Penelitian persepsi juga mengurusi cara sistem perseptual mempertahankan bentuk
objek tetap konstan, walaupun citra (bayangan) objek di retina berubah.
Sifat umum persepsi antara lain, yaitu;
1.
Dunia persepsi mempunyai sifat-sifat
ruang. Mengenal persepsi ruang ini mengandung persoalan-prsoalan
psikologis yang penting, terutama penglahatan sifat ruang (dimensi ketiga).
2.
Dunia persepsi mempunyai dimensi waktu.
Objek-objeknya bersifat tetap, sehingga terdapat kestabilan yang luas.
3.
Dunia persepsi berstruktur menurut objek persepsi. Dalam hal ini berbagai
keseluruhan berdiri sendiri menampakkan
diri:Gestalt-gestalt. Persepsi gestalt merupakan suatu pembahasan yang penting
dalam psikologi persepsi.
4.
Dunia persepsi yang penuh dengan arti. Persepsi tidaklah sama dengan
mengonstatir benda dan kejadian tanpa makna. Yang kita persepsi selalu
merupakan tanda-tanda, ekspresi, benda-benda dengan fungsi, relasi-relasi yang
penuh arti, serta kejadian-kejadian.
E. BANTUK-BENTUK PERSEPSI
1. Persepsi visual
Persepsi
visual didapatkan dari indera penglihatan.Persepsi ini
adalah persepsi yang paling awal berkembang pada bayi, dan mempengaruhi bayi
dan balita
untuk memahami dunianya. Persepsi visual merupakan topik utama dari bahasan
persepsi secara umum, sekaligus persepsi yang biasanya paling sering
dibicarakan dalam konteks sehari-hari.
2. Persepsi auditori
Persepsi
auditori didapatkan dari indera pendengaran yaitu telinga.
3. Persepsi perabaan
Persepsi
pengerabaan didapatkan dari indera taktil yaitu kulit.
4. Persepsi penciuman
Persepsi
penciuman atau olfaktori didapatkan dari indera penciuman yaitu hidung.
5. Persepsi
pengecapan
Persepsi pengecapan atau rasa didapatkan dari
indera pengecapan
yaitu lidah.
F. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI
Wilson (2000)
mengemukakan ada faktor dari luar dan dari dalam yang mempengaruhi persepsi
diantaranya sebagai berikut :
a. Faktor eksternal atau dari luar :
1. Concreteness yaitu wujud atau gagasan yang abstrak yang sulit dipersepsikan
dibandingkan dengan yang obyektif.
2. Novelty atau hal yang baru, biasanya lebih menarik untuk di persepsikan
dibanding dengan hal-hal yang baru.
3. Velocity atau percepatan misalnya gerak yang cepat untuk menstimulasi
munculnya persepsi lebih efektif di bandingkan dengan gerakan yang lambat.
4. Conditioned stimuli, stimuli yang di kondisikan seperti bel pintu, deringan
telepon dan lain-lain.
b. Faktor internal atau dari dalam :
1. Motivation, misalnya merasa lelah menstimulasi untuk berespon untuk
istirahat.
2. Interest, hal-hal yang menarik lebih di perhatikan dari pada yang tidak
menarik
3. Need, kebutuhan akan hal tertentu akan menjadi pusat perhatian
4. Assumptions, juga mempengaruhi persepsi sesuai dengan pengalaman melihat,
merasakan dan lain-lain.
Menurut Rahmat (2005)
faktor-faktor personal yang mempengaruhi persepsi interpersonal adalah:
1.
Pengalaman. Seseorang yang telah
mempunyai pengalaman tentang hak-hak tertentu akan mempengaruhi kecermatan
seseorang dalam memperbaiki persepsi.
2.
Motivasi. Motivasi yang sering
mempengaruhi persepsi interpersonal adalah kebutuhan untuk mempercayai “dunia
yang adil” artinya kita mempercayai dunia ini telah diatur secara adil.
3.
Kepribadia. Dalam psikoanalisis
dikenal sebagai proyeksi yaitu usaha untuk mengeksternalisasi pengalaman
subyektif secara tidak sadar, orang mengeluarkan perasaan berasalnya dari orang
lain.
Menurut
Walgito (1995: 22) terdapat dua yaitu faktor ektern dan intern.
1. Faktor Internal
Faktor yang mempengaruhi persepsi berkaitan
dengan kebutuhan psikologis, latar belakang pendidikan, alat indera, syaraf
atau pusat susunan syaraf, kepribadian dan pengalaman penerimaan diri serta
keadaan individu pada waktu tertentu.
2. Faktor Eksternal
Faktor ini digunakan untuk obyek yang
dipersepsikan atas orang dan keadaan, intensitas rangsangan, lingkungan,
kekuatan rangsangan akan turut menentukan didasari atau tidaknya rangsangan
tersebut.
Menurut Walgito (2004: 89-90) agar individu dapat menyadari dan
dapat membuat persepsi, adanya faktor- faktor yang berperan, yang merupakan
syarat agar terjadi persepsi, yaitu berikut ini:
a.
Adanya objek atau stimulus yang dipersepsikan (fisik).
b.
Adanya alat indera, syaraf, dan pusat susunan saraf untuk menerima stimulus
(fisiologis).
c.
Adanya perhatian yang merupakan langkah pertama dalam mengadakan persepsi
(psikologis).
Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi
menurut Widayatun (1999: 115) meliputi :
1. Intrinsik dan ekstrinsik seseorang (cara
hidup/cara berfikir, kesiapan mental, kebutuhan dan wawasan)
2. Faktor Ipoleksosbud Hankam
3. Faktor usia
4. Faktor kematangan
5. Faktor lingkungan sekitar
6. Faktor pembawaan
7. Faktor fisik dan kesehatan
8. Faktor proses mental
Krech dan Crutchfield
(1977) menyebutkan persepsi ditentukan oleh faktor fungsional dan faktor
struktural. Faktor-faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu,
kesiapan mental, suasana emosi dan latar belakang budaya, atau sering disebut
faktor-faktor personal. Yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk
stimuli, tetapi karakteristik orang yang memberikan respon pada stimuli
tersebut.
Sedangkan faktor struktural
berasal dari sifat stimuli fisik dan efek-efek syaraf yang ditimbulkannya pada
system syaraf yang ditimbulkannya pada system syaraf individu. Kita
mengorganisasikan stimuli dengan melihat konteksnya. Walaupun stimuli yang kita
terima tidak lengkap, kita akan mengisinya dengan interpretasi yang
berkonsisten dengan rangkaian stimuli yang kita persepsikan.
G. CIRI-CIRI UMUM DUNIA PERSEPSI
Penginderaan terjadi dalam suatu konteks tertentu,
konsep ini biasa disebut dunia persepsi. Agar dapat dihasilkan suatu
penginderan yang bermakna, ada ciri – ciri umum tertentu dalam dunia persepsi :
1.
Modalitas
: rangsangan yang diterima harus sesuai dengan modalitas tiap –tiap
indera, yaitu sifat sensori dasar masing-masing.
2.
Dimensi
ruang : dunia persepsi mempunyai sifat ruang ( dimensi ruang).
3.
Dimensi
waktu : dunia persepsi mempunyai dimensi waktu, seperti cepat lambat, tua muda,
dan lain-lain.
4.
Struktur
konteks, keseluruhan yang menyatu : objek-objek atau gejala-gejala dalam dunia
pengamatan mempunyai struktur yang menyatu dengan konteksnya. Struktur dan
konteks ini merupakan keseluruhan yang menyatu.
5.
Dunia
penuh arti; dunia persepsi adalah dunia penuh arti. kita cenderung pengamatan
pada gejala-gejala yang mempunyai makna bagi kita, yang ada hubungannya dengan
tujuan yang ada dalam diri kita.
H. HUKUM-HUKUM GESTALT
Ada beberapa cara persepsi berdasarkan totalitas
Gestalt:
a.
Hukum
kedekatan (proximity): objek-objek persepsi yang berdekatan cenderung diamati
sebagai suatu kesatuan.
b.
Hukum
kesamaan (similarity): Objek cenderung diamati sebagai totalitas karena
mempunyai sebagian besar ciri-ciri yang sama.
c.
Hukum
bentuk-bentuk tertutup (closure): bentuk-bentuk yang sudah kita kenal, walau
hanya nampak sebagian atau tidak sempurna, kita lihat sebagai sempurna.
d.
Hukum
kesinambungan (continuity): pola-pola yang sama dan berkesinambungan, walau
ditutup oleh pola-pola lain, tetap diamati sebagai kesatuan.
e.
Hukum
gerak bersama (common fate): unsur-unsur yang bergerak dengan cara dan arah
yang sama dilihat sebagai suatu kesatuan.
I. PERSEPSI DAN SENSASI
Dari segi bahasa,
sensasi berasal dari kata sense yang artinya alat penginderaan, yang
menghubungkan organisme dengan lingkungan. Jadi, yang dimaksud dengan sensasi
adalah proses menangkap stimuli (rangsang). Misalnya, ketika dua orang sedang
berkomunikasi, maka masing-masing dapat melihat fisiknya dengan penglihatan,
mendengar suaranya dengan pendengaran, mencium harum parfum yang dipakai dengan
penciumannya dan merasakan kehalusan kulitnya ketika bersalaman. Seluruh yang
ditangkap oleh indera tersebut disebut stimuli atau rangsang. Terkadang orang
dapat menerima dua stimuli sekaligus, misalnya ketika kita sedang menonton TV
(stimuli ekternal), datang pula stimuli dari dalam, yaitu ingatan kepada orang
tua di kampung yang sedang menderita sakit dan menunggu kedatangan kita.
Selain itu, sensasi
dapat pula diartikan sebagai tahap pertama stimuli mengenai indra kita. Menurut
Dennis Coon, “Sensasi adalah pengalaman elementer yang segera, yang tidak
memerlukan penguraian verbal. Simbolis, atau konseptual, dan terutama sekali
berhubungan dengan kegiatan alat indera.”
Perbedaan sensasi dapat
disebabkan oleh kapasitas alat indera yang berbeda, dan oleh pengalaman atau
lingkungan yang berbeda. Masakan yang dirasa sangat pedas oleh lidah orang
Yogya terasa biasa-biasa saja oleh lidah orang Minang. Sebaliknya kata-kata keras
yang dirasa sopan-sopan saja oleh orang Medan dirasa sangat mengganggu oleh
telinga orang Jawa.
Fungsi alat indera
dalam menerima informasi dari lingkungan sangat penting. Kita mengenal lima
alat indera atau pancaindera. Kita mengelompokannya pada tiga macam indera
penerima, sesuai dengan sumber informasi. Sumber informasi boleh berasal dari
dunia luar (eksternal) atau dari dalam diri (internal). Informasi dari luar
diindera oleh eksteroseptor (misalnya, telinga atau mata). Informasi dari dalam
diindera oleh ineroseptor (misalnya, system peredaran darah). Gerakan tubuh
kita sendiri diindera oleg propriseptor (misalnya, organ vestibular).
Persepsi adalah proses
pemahaman ataupun pemberian makna atas suatu informasi terhadap stimulus.
Stimulus didapat dari proses penginderaan terhadap objek, peristiwa, atau
hubungan-hubungan antar gejala yang selanjutnya diproses oleh otak. Proses
kognisi dimulai dari persepsi. Persepsi adalah proses memberi makna kepada
sensasi sehingga manusia memperoleh pengetahuan baru. Persepsi adalah proses
mengubah sensasi menjadi informasi. Ketika kita mendengar orang berkata silat,
padahal ia berkata salat, maka kita keliru sensasi, tetapi ketika seorang pria
memuji kekasihnya dengan perkataan, engkau adalah wanita tercantik di dunia,
tetapi kekasihnya merasa disindir dengan perkataan itu, maka kekasihnya disebut
keliru persepsi. Kekeliruan sensasi juga dapat menyebabkan kekeliruan persepsi.
Persepsi bisa keliru disebabkan oleh berbagai faktor; personal, situasional, fungsional maupun struktural. Diantara faktor yang paling besar pengaruhnya terhadap persepsi adalah perhatian, konsep fungsional dan konsep struktural.
Persepsi bisa keliru disebabkan oleh berbagai faktor; personal, situasional, fungsional maupun struktural. Diantara faktor yang paling besar pengaruhnya terhadap persepsi adalah perhatian, konsep fungsional dan konsep struktural.
Persepsi Terhadap Diri Pribadi (self-perception)
Proses psikologis diasosiasikan dengan interpretasi
dan pemberian makna terhadap orang atau objek tertentu, dikenal dengan
persepsi. Persepsi didefenisikan sebagai interpretasi terhadap berbagai sensasi
sebagai representasi dari objek-objek eksternal, jadi persepsi adalah
pengetahuan yang dapat ditangkap oleh indera kita, karenanya persepsi
mensyaratkan:
1. adanya objek eksternal yang dapat ditangkap oleh indera kita.
1. adanya objek eksternal yang dapat ditangkap oleh indera kita.
2. adanya informasi untuk diinterpretasikan.
3. menyangkut sifat representatif dari penginderaan.
Karenanya persepsi tidak lebih dari sekedar
pengetahuan mengenai apa yang tampak sebagai realitas bagi diri kita. Realitas
yang kita persepsikan seringkali adalah yang paling jelas, pribadi, penting dan
terpercaya bagi kita. Sementara indera kita punya keterbatasan, karenanya bisa
jadi pengetahuan yang kita simpulkan bukanlah suatu kenyataan yang sebenarnya.
J. PERSEPSI DAN KOGNISI
Secara
singkat persepsi dapat di definisikan sebagai cara manusia menangkap
rangsangan. Kognisi adalah cara menusia memberi arti pada rangsangan. Istilah
kognisi berasal dari bahasa Latin cognoscere yang artinya mengetahui.
Kognisi dapat pula diartikan sebagai pemahaman terhadap pengetahuan atau
kemampuan untuk memperoleh pengetahuan.Istilah ini digunakan oleh filsuf untuk
mencari pemahaman terhadap cara manusia berpikir. Karya Plato dan Aristotle
telah memuat topik tentang kognisi karena salah satu tujuan tujuan filsafat
adalah memahami segala gejala alam melalui pemahaman dari manusia itu sendiri.
Kognisi
dipahami sebagai proses mental karena kognisi mencermikan pemikiran dan tidak
dapat diamati secara langsung. Oleh karena itu kognisi tidak dapat diukur
secara langsung, namun melalui perilaku yang ditampilkan dan dapat diamati.
Misalnya kemampuan anak untuk mengingat angka dari 1-20, atau kemampuan untuk
menyelesaikan teka-teki, kemampuan menilai perilaku yang patut dan tidak untuk
diimitasi.
Untuk
mengetahui lebih lanjut mengenai kognisi maka berkembanglah psikologi kognitif yang
menyelidiki tentang proses berpikir manusia. Proses berpikir tentunya
melibatkan otak dan saraf-sarafnya sebagai alat berpikir manusia oleh karena
itu untuk menyelidiki fungsi otak dalam berpikir maka berkembanglah neurosains kognitif.
Hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh kedua bidang ilmu tersebut banyak
dimanfaatkan oleh ilmu robot dalam mengembangkan kecerdasan buatan.
Proses
kognitif menggabungkan antara informasi yang diterima melalui indera tubuh
manusia dengan informasi yang telah disimpan di ingatan jangka panjang. Kedua
informasi tersebut diolah di ingatan kerja yang berfungsi sebagai tempat
pemrosesan informasi. Kapabilitas pengolahan ini dibatasi oleh kapasitas
ingatan kerja dan faktor waktu. Proses selanjutnya adalah pelaksanaan tindakan
yang telah dipilih. Tindakan dilakukan mencakup proses kognitif dan proses
fisik dengan anggota tubuh manusia (jari, tangan, kaki, dan suara). Tindakan
dapat juga berupa tindakan pasif, yaitu melanjutkan pekerjaan yang telah
dilakukan sebelumnya.
Faktor
yang memengaruhi kesulitan dan kecepatan pemilihan dan pelaksanaan respon
adalah kompleksitas keputusan, perkiraan terhadap respon, trade-off kecepatan
dan akurasi, dan feedback yang diperoleh (Groover, 2007). Kompleksitas
keputusan dipengaruhi oleh jumlah tindakan yang mungkin dipilih, yang juga
berpengaruh terhadap lamanya waktu pengambilan keputusan. Perkiraan terhadap
respon dipengaruhi oleh informasi yang diterima. Jika informasi yang diterima
telah diperkirakan sebelumnya, pemrosesan informasi akan lebih cepat
dibandingkan dengan yang tidak diperkirakan. Trade-off antara kecepatan dan
akurasi merupakan korelasi negative antara keduanya pada pemilihan dan
pelaksanaan respon. Dalam beberapa situasi, semakin cepat seseorang memilih
respon, kemungkinan kesalahan terjadi meningkat. Feedback merupakan efek yang
diketahui oleh seseorang sebagai verifikasi atas tindakan yang dilakukannya.
Rentang waktu antara tindakan dengan feedback harus diminimasi.
Dalam hubungan antara persepsi dan kognisi, teori
medan Lewin menyatakan bahwa proses persepsi dan kognisi berarti proses
perombakan medan kognisi yang tidak berstruktur menjadi medan yang berstruktur
(Wurjo dan Saefullah, 1983:73).
Persepsi
dan kognisi tentang lingkungan merupakan komponen dari orientasi dan pencitraan
lingkungan yang dilakukan oleh masyarakat. Persepsi dan kognisi tentang
lingkungan sejajar dengan Istilah “kesadaran akan lingkungan” sehingga
berinteraksi dengan proses evaluasi yang memuat komponen-komponen kognitip,
emosi, dan psikomotor.
Teori
psikologi kognitip menurut pandangan psikologi Gestalt di Jerman beberapa saat
seselum perang dunia II, berpendapat bahwa persepsi manusia terhadap
lingkungannya tidak mengandalkan pada apa yang diterima dari penginderaannya,
tetapi penginderaan itu di atur, saling dihubungkan, dan diorganisasikan untuk
diberi makna, selanjutnya di jadikan awal dari suatu prilaku.
K. ILUSI
Ilusi adalah
suatu kejadian dimana terjadi karena kesalahan penangkapan mata manusia dalam
melihat sebuah objek atau benda. Ilusi dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu
ilusi fisiologis dan ilusi kognitif.
1. Ilusi fisiologis
Ilusi
fisiologis, seperti yang terjadi pada afterimages atau kesan gambar yang
terjadi setelah melihat cahaya yang sangat terang atau melihat pola gambar
tertentu dalam waktu lama. Ini diduga merupakan efek yang terjadi pada mata
atau otak setelah mendapat rangsangan tertentu secara berlebihan.
2. Ilusi kognitif
Ilusi kognitif
adalah terjadi karena anggapan pikiran terhadap sesuatu di luar. Pada umumnya
ilusi kognitif dibagi menjadi ilusi ambigu, ilusi distorsi, ilusi paradoks dan
ilusi fiksional.
a. Pada ilusi ambigu, gambar atau objek bisa ditafsirkan secara berlainan. Contohnya adalah: kubus Necker dan vas Rubin.
a. Pada ilusi ambigu, gambar atau objek bisa ditafsirkan secara berlainan. Contohnya adalah: kubus Necker dan vas Rubin.
b. Pada ilusi distorsi, terdapat distorsi
ukuran, panjang atau sifat kurva (lurus lengkung). Contohnya adalah: ilusi
dinding kafe dan ilusi Mueller -Lyer.
c. Ilusi paradoks disebabkan karena objek yang
paradoksikal atau tidak mungkin, misalnya pada segitiga Penrose atau 'tangga
yang mustahil', seperti misalnya terlihat pada karya seni grafis M C Escher,
berjudul "Naik dan Turun" serta "Air Terjun".
d. Ilusi fiksional didefinisikan sebagai
persepsi terhadap objek yang sama sekali berbeda bagi seseorang tapi bukan bagi
orang lain, seperti disebabkan karena schizoprenia atau halusinogen. Ini lebih
tepatnya disebut dengan halusinasi.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Persepsi adalah proses pemahaman ataupun
pemberian makna atas suatu informasi terhadap stimulus.
Stimulus didapat dari proses penginderaan terhadap objek, peristiwa, atau
hubungan-hubungan antar gejala yang selanjutnya diproses oleh otak. Proses kognisi dimulai
dari persepsi.
Jenis-jenis persepsi berdasarkan alat indera,
yaitu persepsi visual, persepsi auditori, persepsi perabaan, persepsi
penciuman, dan persepsi pengecapa.
Agar seseorang dapat menyadari dan dapat
melakukan persepsi ada beberapa syarat yang perlu dipenuhi, yaitu :
Adanya objek yang dipersepsi. Objek menimbulkan
stimulusyang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari
luar langsung mengenai indera dan dapat datang dari dalam yang langsung
mengenai syaraf penerima (sensoris) tapi berfungsi sebagai reseptor.Adanya
indera atau reseptor, yaitu sebagai alat untuk menerima stimulus. Diperlukan adanya perhatian sebagai langkah
awal menuju persepsi.
Sebagian besar dari prinsip-prinsip persepsi
merupakan prinsip pengorganisasian berdasarkan teori Gestalt. Teori Gestalt
percaya bahwa persepsi bukanlah hasil penjumlahan bagian-bagian yang diindera
seseorang, tetapi lebih dari itu merupakan keseluruhan [the whole]. Teori
Gestalt menjabarkan beberapa prinsip yang dapat menjelaskan bagaimana seseorang
menata sensasi menjadi suatu bentuk persepsi.
B. SARAN
Kajian-kajian tentang persepsi masih sangat
perlu untuk ditingkatkan, karena persepsi sangat penting bagi guru sebagai
tenaga pendidik untuk dapat memahami cara berpikir peserta didiknya.
DAFTAR PUSTAKA
Drs. Sobur, Alex, M.Si., Psikologi Umum, Pustaka Setia, Bandung, 2010.
Saswono W, Sarlto,Pengantar
Psikologi, Bulan Bintang, Jakarta, 2003.
Drs. Fauji, Ahmad,
Psikologi Umum, Pustaka Setia, Bandung, 1997.